Sa’i: Meneladani Keteguhan Hati Hajar dalam Rangkaian Ibadah Haji dan Umroh
Sa’i merupakan salah satu rangkaian wajib dalam ibadah haji dan umroh yang memiliki nilai sejarah, spiritual, dan keteladanan yang sangat tinggi. Ibadah ini dilakukan dengan berjalan kaki antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Bukan sekadar ritual, Sa’i adalah bentuk penghormatan kepada perjuangan seorang ibu, Hajar, dalam mencari air demi putranya, Ismail. Artikel ini akan membahas pengertian, sejarah, tata cara, doa, serta makna spiritual dari ibadah Sa’i.
1. Pengertian dan Asal Usul Sa’i
Secara bahasa, Sa’i berarti “usaha” atau “berjalan cepat”. Dalam konteks ibadah haji dan umroh, Sa’i berarti berjalan kaki bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah.
Asal usul ibadah ini berasal dari kisah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang berlari-lari kecil antara dua bukit tersebut dalam upayanya mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail AS yang masih bayi. Dalam kondisi panas terik dan tandusnya padang pasir, Hajar tidak menyerah dan terus berusaha sampai Allah menunjukkan mukjizat berupa keluarnya air zamzam dari bawah kaki Ismail.
Kisah ini menjadi dasar ditetapkannya Sa’i sebagai bagian dari ibadah haji dan umroh. Allah mengabadikan perjuangan Hajar dalam Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai ibadah yang dilakukan oleh jutaan muslim setiap tahunnya.
2. Hukum dan Waktu Pelaksanaan Sa’i
Hukum Sa’i tergantung dari jenis ibadah yang dilakukan:
- Wajib dalam haji dan umroh: Sa’i adalah salah satu rukun dalam ibadah umroh dan juga termasuk rukun dalam haji bagi yang melakukan haji Tamattu’ dan Qiran setelah melakukan thawaf umrah.
- Dilakukan setelah thawaf: Sa’i dilaksanakan setelah thawaf qudum (untuk umroh) atau thawaf ifadhah (untuk haji).
- Boleh dilakukan langsung: Tidak wajib untuk beristirahat antara thawaf dan Sa’i, namun diperbolehkan bila kondisi tubuh memerlukan jeda.
Jika seseorang meninggalkan Sa’i secara sengaja atau tidak mampu melakukannya tanpa alasan yang syar’i, maka ibadah hajinya tidak sah.
3. Tata Cara Melakukan Sa’i
Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan Sa’i secara umum:
- Memulai dari Bukit Shafa
Berdiri menghadap Ka’bah (jika memungkinkan), membaca:
“Innash-Shafaa wal-Marwata min syaa’irillaah. Famank hajja al-bayta awi’tamara falaa junaaha ‘alaihi an yathawwafa bihimaa…”
(QS. Al-Baqarah: 158) - Membaca Doa dan Berdzikir
Di bukit Shafa, jamaah disunnahkan membaca doa, dzikir, dan memohon kepada Allah. Doa dapat berupa permintaan pribadi, shalawat, atau kalimat tauhid. - Berjalan ke Marwah
Setelah turun dari Shafa, jamaah berjalan ke Marwah. Di antara dua lampu hijau (area berlampu hijau di jalur Sa’i), laki-laki disunnahkan untuk berlari-lari kecil (raml), sedangkan perempuan tetap berjalan biasa. - Tiba di Bukit Marwah
Di Marwah, jamaah kembali berdzikir dan berdoa seperti di Shafa. - Melanjutkan Putaran
Putaran dihitung satu kali setiap kali berpindah bukit. Jadi, Shafa ke Marwah dihitung satu, Marwah ke Shafa dihitung dua, dan seterusnya, hingga genap tujuh kali dan berakhir di Marwah.
Sa’i dapat dilakukan sambil membaca doa, dzikir, atau membaca Al-Qur’an. Tidak ada doa khusus yang diwajibkan, sehingga jamaah bebas memanjatkan doa sesuai kebutuhan masing-masing.
4. Doa dan Dzikir Selama Sa’i
Meskipun tidak ada doa wajib selama Sa’i, namun Rasulullah SAW mengajarkan beberapa kalimat dzikir dan doa yang bisa dibaca, di antaranya:
- Di Shafa dan Marwah
“Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu, yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir…”
Dibaca tiga kali dengan diselingi doa. - Dzikir umum sepanjang perjalanan Sa’i
- Subhanallah
- Alhamdulillah
- La ilaha illallah
- Allahu Akbar
- Shalawat kepada Nabi
- Doa pribadi sesuai kebutuhan (doa keselamatan, keberkahan, ampunan, dll.)
Yang paling penting dari doa dalam Sa’i adalah keikhlasan dan kekhusyukan dalam berdoa. Sa’i adalah saat terbaik untuk memanjatkan harapan yang paling dalam kepada Allah.
5. Makna dan Hikmah Spiritual Sa’i
Sa’i bukan sekadar berjalan antara dua bukit. Sa’i adalah refleksi dari usaha, kesabaran, ketawakalan, dan keteguhan hati. Beberapa hikmah yang bisa kita ambil antara lain:
- Meneladani Kesabaran dan Usaha Hajar
Hajar tidak tinggal diam menunggu pertolongan datang. Ia berusaha, berlari, dan mencari. Barulah kemudian Allah menurunkan pertolongan melalui air zamzam. Ini mengajarkan bahwa usaha adalah bagian penting dari keimanan. - Tawakal yang Sebenarnya
Setelah berusaha, Hajar tetap bergantung penuh pada Allah. Sa’i mengajarkan bahwa kita harus berusaha sekuat tenaga, tapi hasilnya tetap kita serahkan kepada Allah. - Ketekunan dalam Berjuang
Perjuangan Hajar dilakukan dalam kondisi sulit: gurun tandus, panas terik, tanpa bekal. Namun ia tidak menyerah. Ini menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yang sedang menghadapi kesulitan hidup. - Kedekatan Spiritual
Saat Sa’i, seorang hamba menghidupkan rasa syukur, harapan, dan permohonan kepada Allah. Langkah demi langkah menjadi doa yang hidup dan penuh harap. - Kesetaraan dalam Ibadah
Baik laki-laki maupun perempuan melaksanakan Sa’i dengan cara yang sama. Hal ini menunjukkan kesetaraan semua hamba Allah dalam beribadah dan dalam pengharapan akan rahmat-Nya.
Penutup
Sa’i adalah bagian dari perjalanan spiritual seorang muslim menuju penghambaan yang sempurna. Setiap langkah antara Shafa dan Marwah menyimpan pelajaran tentang perjuangan, kesabaran, dan keyakinan bahwa pertolongan Allah akan datang setelah usaha yang sungguh-sungguh. Jadikan Sa’i bukan hanya sebagai ritual, tapi sebagai momentum penguatan hati dan keimanan dalam menghadapi tantangan hidup.
Semoga Allah menerima setiap langkah kita, mengabulkan doa-doa kita selama Sa’i, dan menjadikan ibadah haji dan umroh kita sebagai amal yang mabrur. Aamiin.